Mengajar SD, Menguji Ilmu Sejati: Tantangan untuk Para Akademisi

Pexels

Akademisi di menara gading? Saatnya turun ke kelas SD. 

Seseorang pernah bertanya, "Lulusan S2 kok mengajar di SD? Terlalu jauh." 

Enak, saya tinggal nampol, "Di mana terlalu jauhnya? Tolong jelaskan kepada saya."

"Ya terlalu jauh."

"Di mana terlalu jauhnya? Alumnus pendidikan seharusnya turun langsung ke lapangan dan mengajar di SD supaya mereka tahu fakta lapangan seperti apa. Dikatakatan jauh itu apabila lulusan S2/S3 mereka mengajar di kelas-kelas, membahas ke SD, teori-teori ke SD an, bagaimana siswa SD dan lain sebagainya tentang SD, tetapi ketika di cek history orang itu sama sekali belum pernah mengajar ke SD. Jadi apa yang disampaikan itu belum pernah dilakukan. Ini perlu dipertanyakan," timpal saya.  

Bahwa lulusan S2/S3, bahwa dosen/professor sebaiknya tidak hanya "berkhotbah" teori di kampus, tetapi juga turun langsung ke sekolah dasar (SD). Saya sangat meyakini, 

Teori memudahkan praktik. Tetapi tanpa praktik, teori hanyalah... cahaya tanpa pijakan.

Ada beberapa alasan krusial kenapa hal ini harus dilakukan:

1. Agar Teori Tidak Mengambang 

Ada banyak sekali teori pendidikan yang dikembangkan di kampus-kampus yang sebenarnya tidak sepenuhnya relevan saat diterapkan.

2. Teladan Praktis bagi Calon Guru

Mahasiswa pendidikan dasar belajar dari contoh, bukan hanya ceramah. Mahasiswa perlu melihat langsung bagaimana dosennya menghadapi siswa, menyusun kegiatan belajar, menanggapi perilaku anak, dan menyesuaikan strategi. Seperti kata John Dewey, 
If we teach today’s students as we taught yesterday’s, we rob them of tomorrow. 
Maka, jika calon guru diajar hanya dengan cara konvensional, tanpa praktik langsung dari dosen yang membumi, maka kita sedang memutus rantai pembaruan.

3. Menjadi Jembatan antara Akademisi dan Praktisi

Dosen turun ke SD tidak berarti “turun derajat”. Justru itu adalah langkah naik kelas dalam pengabdian. Model seperti ini bisa kita temui di Finlandia, negara dengan sistem pendidikan terbaik dunia. Di sana, dosen-profesor pendidikan ikut mengajar murid dasar secara berkala untuk menjaga relevansi teori dan praktik.

4. Pendidikan Dasar adalah Fondasi

Ironis jika para dosen-profesor sibuk merumuskan kurikulum, metode belajar, berbicara banyak hal tentang ke SD an, tetapi tidak tahu bagaimana anak SD menangkap makna, menulis huruf, mengatur emosi, problematikan pembelajaran SD.

5. Membumi dan Berdampak

Di luar negeri, banyak profesor pendidikan yang punya jam terbang langsung di kelas—bukan hanya meneliti guru, tapi juga menjadi guru. Dosen yang turun ke lapangan akan lebih: 1) Inklusif dalam berpikir; 2) Realistis dalam menulis; 3) Relevan dalam mengajar.

Salah satu kunci pendidikan berkualitas adalah instructional leadership yang mengakar di pengalaman nyata, bukan hanya konsep. Artinya, dosen yang membimbing calon guru seharusnya tahu rasa bagaimana suasana kelas sekolah dasar yang sebenarnya.

Pendidikan akan lebih bermakna jika intelektualitas bertemu realitas. Jadi bukan hanya guru yang harus “naik” ke level teori, tetapi professor juga harus “turun” ke ruang kelas. Di sanalah ilmu diuji dan nilai-nilai dibentuk.

"Kelas dasar bukan tempat para professor merasa terlalu tinggi untuk hadir, justru di situlah keprofessoran sejati diuji." 

 *Sistem Pendidikan di Luar Negeri yang Terbaik

Kalau kamu suka artikel ini, jangan lupa tinggalkan jejakmu di kolom komentar, share atau bookmark ya — Semoga bermanfaat!💞

Posting Komentar untuk "Mengajar SD, Menguji Ilmu Sejati: Tantangan untuk Para Akademisi"