Coding SD: Perlu Atau Sudah Ketinggalan Zaman?
![]() |
🧠Coding untuk Anak SD: Tren Canggih atau Salah Arah?
Beberapa tahun terakhir, banyak sekolah mulai memperkenalkan coding kepada anak SD, terutama melalui kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Sekilas, ini tampak sejalan dengan semangat zaman: dunia digital, era industri 4.0, transformasi AI—semuanya terdengar keren dan visioner.
Tapi... apakah benar coding harus diajarkan sejak dini?
Mari kita bedah lebih dalam.
🚨 Jangan Terkecoh Tren: Belajar Coding ≠ Kecakapan Digital
Masyarakat sering menganggap bahwa mengajarkan coding berarti membekali anak dengan masa depan. Padahal, coding hanya salah satu bentuk ekspresi teknologi digital, bukan satu-satunya cara untuk literasi digital.
Pakar pendidikan digital dari University of London, Dr. Neil Selwyn, terlalu dini memperkenalkan coding justru bisa mengalihkan fokus anak dari kemampuan dasar yang lebih penting, seperti:
-
Pemahaman etika digital
-
Kemampuan berpikir kritis terhadap teknologi
-
Kesadaran terhadap dampak sosial penggunaan teknologi
“Digital literacy is not just about how to code, but how to think about technology critically.”— Selwyn, N. (2020), Education and Technology.
🗣️ CEO NVIDIA: “Jangan Ajarkan Anak Coding, Itu Hampir Tidak Berguna”
Dalam World Government Summit 2024, CEO NVIDIA, Jensen Huang, secara tegas menyatakan bahwa:
“Jangan ajarkan anak-anak coding. Itu hampir tidak berguna.”
Alasannya?
Kecerdasan buatan (AI) generatif seperti ChatGPT, Copilot, atau Gemini sudah mampu menulis kode jauh lebih cepat dan efisien. Masa depan bukan tentang siapa yang bisa menulis baris kode, tapi siapa yang bisa berpikir, bertanya, dan memimpin inovasi teknologi.
⚠️ 5 Alasan Mengapa Coding Tidak Perlu Jadi Prioritas di SD
- Tahap perkembangan anak belum tepat. Anak SD masih berada di masa berpikir konkret. Logika pemrograman yang abstrak bisa membingungkan atau bahkan membebani.
- Mengorbankan waktu pelajaran penting lain. Fokus literasi dasar (baca, tulis, hitung) dan pembentukan karakter jauh lebih krusial pada tahap ini.
- Teknologi cepat berubah. Bahasa pemrograman yang diajarkan hari ini bisa usang 5 tahun ke depan. Tapi kemampuan berpikir kritis akan tetap relevan.
- AI sudah bisa menulis kode. Masa depan bukan tentang menulis perintah komputer, tapi mengembangkan ide, etika, dan kreativitas.
- Meningkatkan kesenjangan digital. Sekolah dengan sumber daya terbatas akan kesulitan mengikuti tren coding, dan akhirnya memperbesar ketimpangan.
🔄 Alternatif yang Lebih Relevan: Digital Thinking, Bukan Coding
Daripada sibuk mengajarkan bahasa pemrograman, pendidikan dasar seharusnya lebih fokus pada:
- Literasi media dan internet
- Etika penggunaan teknologi
- Kecerdasan emosional dan sosial digital
- Kreativitas melalui seni digital, bukan logika mesin semata
Anak-anak tidak perlu diajarkan coding sejak dini untuk menjadi siap masa depan. Mereka perlu diajarkan berpikir, berkolaborasi, berempati, dan mengenali diri serta lingkungan. Coding bisa dipelajari saat mereka siap secara kognitif dan emosional.
"Di dunia yang dikuasai AI, kemampuan paling berharga bukan menulis kode, tapi bertanya dengan cerdas dan berpikir dengan hati."
Posting Komentar untuk "Coding SD: Perlu Atau Sudah Ketinggalan Zaman?"
Posting Komentar