Membangun Menara Saat Fondasi Rapuh: Coding Belum Saatnya di SD
Apa hubungan antara hasil PISA Indonesia dan ide pengajaran coding di SD?
Hasil PISA Indonesia: Masih Jauh Tertinggal
Tren pengenalan coding sejak jenjang Sekolah Dasar (SD) makin populer di berbagai negara, termasuk Indonesia. Dalam beberapa proyek penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), coding diperkenalkan sebagai bagian dari tema "kewirausahaan" atau "rekayasa teknologi." Namun, benarkah ini waktu yang tepat bagi Indonesia untuk mendorong pembelajaran coding di SD, sementara hasil PISA menunjukkan tantangan besar dalam literasi dasar?
PISA (Programme for International Student Assessment) adalah survei global yang diadakan oleh OECD untuk menilai kemampuan siswa usia 15 tahun dalam membaca, matematika, dan sains.
Realita yang Mengkhawatirkan
Program for International Student Assessment (PISA) terakhir yang dirilis Desember 2023 (siklus 2022) menunjukkan Indonesia berada di peringkat ke-69 dari 81 negara:
Membaca: Skor 359 (rata-rata OECD 476) - peringkat dunia 70‑73 dari ~81
Matematika: Skor 366 (rata-rata OECD 472) - peringkat dunia ~69 dari ~81
Sains: Skor 383 (rata-rata OECD 485) - peringkat dunia 70
Data ini menegaskan bahwa siswa Indonesia masih tertinggal dalam kemampuan literasi, numerasi, dan sains yang menjadi fondasi semua pembelajaran lanjutan. Indonesia masih tertinggal di banyak aspek, Indonesia menunjukkan defisit besar dalam literasi dan numerasi, yang esensial sebagai dasar berpikir komputasional. Maka, memperkenalkan coding secara dini tanpa fondasi literasi yang kuat bisa menjadi langkah kurang tepat.
Catatan penting:
- Saat ini, data terbaru yang bisa dipakai sebagai tolok ukur adalah dari tahun 2022 (dirilis akhir 2023).
- Sementara belum ada hasil PISA 2025, hasil PISA 2022 tetap relevan sebagai indikator kualitas literasi dan numerasi siswa usia 15 tahun.
- Indonesia masih menunjukkan performa rendah, jauh dari rata-rata OECD, dan belum memenuhi target RPJMN 2024.
- Hasil resmi PISA 2025 belum dirilis. Data tersebut baru akan tersedia nanti setelah pelaksanaan survei. Saat ini, hanya tersedia persiapan dan konteks fokus PISA 2025 dari sumber Kemdikbudristek serta informasi tentang hal-hal baru yang akan dinilai (misalnya kemampuan dalam pembelajaran digital mandiri)
❗ Mengajar Coding Sebelum Literasi Dasar Kuat = Salah Fokus
- Coding butuh logika matematika dan kemampuan membaca instruksi. Bagaimana anak bisa menulis perintah ke komputer kalau mereka belum memahami kalimat kompleks atau belum menguasai operasi logika dasar?
- Siswa Indonesia masih kesulitan memahami soal kontekstual. Menurut PISA, hanya 1 dari 10 siswa Indonesia yang bisa memecahkan masalah dengan beberapa tahapan logis—padahal ini esensi dari computational thinking.
- Waktu belajar terbatas. Dengan jam belajar yang padat, menambahkan coding bisa menggeser porsi untuk penguatan membaca kritis, numerasi, dan pembentukan karakter.
🔍 Fokus Fondasi:
🧭 Rekomendasi:
- Perkuat dulu kemampuan dasar siswa SD, terutama membaca dan berhitung kontekstual.
- Gunakan teknologi digital sebagai alat bantu belajar, bukan tujuan utama (misalnya, edukasi interaktif, literasi media).
- Mulai perkenalan konsep computational thinking secara ringan tanpa harus coding (misalnya logika urutan, pola, sebab-akibat).
Posting Komentar untuk "Membangun Menara Saat Fondasi Rapuh: Coding Belum Saatnya di SD"
Posting Komentar