Konstruktivisme vs Coding Dini: Menata Prioritas Belajar Anak SD

Lukas, pexels.
Coding menjadi topik yang sedang tren di dunia pendidikan. Anak SD sudah diajak main blok kode, membuat animasi scratch, bahkan membangun game sederhana. Keren? pastinya iya banget. Tetapi, apakah ini benar-benar sesuai dengan tahapan berpikir anak SD? Nah, di sinilah kita perlu mengetahui pendapat dua pakar pendidikan: Jean Piaget dan Jerome Bruner, pencetus teori Konstruktivisme

Catatan penting.
  1. Beberapa alasan kenapa artikel ini fokus pada Jean Piaget dan Jerome Bruner:
  2. Sama-sama menjadi fondasi teori perkembangan kognitif anak.
  3. Teori aplikatif untuk menilai kesiapan belajar.
  4. Teori mereka terbukti dan menjadi rujukan kebijakan pendidikan.
  5. Fokus pada dua tokoh membuat artikel menjadi padat, tajam, dan tidak melebar.

Apa Itu Teori Konstruktivisme?

Teori ini berangkat dari gagasan bahwa anak membangun sendiri pengetahuannya lewat pengalaman nyata. Artinya, belajar bukan sekadar menghafal atau meniru, tetapi menyusun pemahaman lewat interaksi aktif dengan dunia sekitar.

Piaget menyebut bahwa anak usia 7–11 tahun berada pada tahap operasional konkret. Artinya, mereka belajar paling efektif lewat hal-hal yang nyata, konkret, bisa dilihat, diraba, dimainkan

Bruner melengkapi ini dengan tiga tahapan belajar:

  1. Enaktif (belajar lewat tindakan).
  2. Ikonik (belajar lewat gambar/visual).
  3. Simbolik (belajar lewat simbol dan bahasa, termasuk kode komputer).
Kenapa ini penting? Sudah membaca artikel yang menyinggung tentang hasil PISA? Jika belum bisa baca dulu ya artikelnya dengan KLIK DI SINI. 

Coding Itu Salah?

Tidak salah, tapi waktunya harus tepat. Teori Konstruktivisme, anak butuh "bangunan pengetahuan" yang kuat dulu. Coding bisa masuk lewat cara yang menyenangkan dan konkret. Misalnya:

  • Bermain peran sebagai robot dengan instruksi arah.
  • Puzzle logika visual.
  • Permainan algoritma tanpa komputer (unplugged coding).

Ini jauh lebih sesuai dengan tahap perkembangan anak SD.

Daripada terburu-buru menyodorkan coding dalam bentuk simbol dan sintaks, mari fokus membangun fondasi belajar yang kokoh. Literasi, logika dasar, rasa ingin tahu, dan kemampuan berpikir kritis harus jadi prioritas. Karena belajar, menurut Piaget dan Bruner, bukan soal memaksakan anak berpikir seperti orang dewasa. Tapi menemani mereka membangun pemahaman sesuai tahapannya. Coding? Tunggu dulu. Pastikan anak siap, bukan cuma ikut tren.


Artikel sambungan.

Source.

  1. Bruner, J. (1966). Toward a Theory of Instruction.
  2. Papert, S. (1980). Mindstorms: Children, Computers, and Powerful Ideas.
  3. Piaget, J. (1970). Science of Education and the Psychology of the Child.
  4. OECD (2023). PISA 2022 Country Note: Indonesia.

Posting Komentar untuk "Konstruktivisme vs Coding Dini: Menata Prioritas Belajar Anak SD"